Tuesday, May 24, 2016
Midnight Diary
Aku pun hanya manusia biasa, yang punya rasa dan angan
seperti lainnya. Aku pun hanya wanita biasa, yang ingin dirinya dijaga dan di
lindungi seperti lainnya. Aku pun mahasiswi biasa yang bisa lelah merasakan
seperti mereka.
Akupun punya masa dimana semua seperti mulai mencapai
klimaknya, dimasa dimana semua ingin diakhiri, punya masa dimana jenuh itu
tiba, gelisah itu tiba, penyesalan itu tiba, kesal itu tiba, semua rasa itu
bersama menghampiri. Aku hanya manusia biasa, yang punya rasa untuk meluapkan
semuanya. Maaf, bukan maksudku melupakan sang pencipta, hanya saja melalui
tulisan ini sedikit banyak aku sendiri menemukan pemecahan terbaik atas
masalahku sendiri. Melalui tulisanku ini pu, terkadang aku menemukan bagaimana
diriku sebenarnya, apa yang harus aku lakukan, dan apa yang selama ini telah
aku lakukan.
Maaf, bukan pula aku mengabaikan teman-temanku untuk
bercerita. Terkadang ada hal yang sulit dan membeku di lidah hingga mengucapkan
sepatah kata pun tak bisa. Melalui tulisan ini aku bercerita. Melalui tulisan
ini pula aku bersandiwara. Bersandiwara seakan aku sedang punya masalah,
bersandiwara seakan aku punya duka yang hebat. Baiklah kawan, bagi kalian yang
menyempatkan diri untuk membacanya, anggaplah apa yang aku tuliskan ini adalah
sebuah scenario semata, hanya sebuah fiktif belaka yang jika ada kesamaan
tempat, nama dan waktu adlah kebetulan semata (kayaknya sering muncul ini teks
diakhir sinetron? Lupakan)
Tanpa editan, tanpa pembacaan ulang, aku menulis ini dalam
keadaan sadar di tengah malam tanpa ada efek kafein atau tekanan dan paksaan
dari pihak manapun. Tulisan ini ditulis untuk menyalurkan rasa ingin menulisku
saja.
Baiklah, aku mulai cerita mala mini dengan membaca *bismika
Allahuma ahya wabismika amut -_-zz
Ups, maksudnya hanya basmallah, jangan diterusin, entar
ketiduran gak jadi cerita dong? #maapgeje
Berawal dari sebuah kata bernama pemimpin. Entah sosok
seperti apa dirinya hingga banyak orang yang ingin memiliki jabatan atau
sekedar dipanggil demikian. Mungkin anggapan orang akan sosok ini merupakan
sosok yang super, dia yang bisa segalanya, dia si sosok karismatik pembawa
kemaslahatan banyak orang. Mungkin itu memang tipe idealnya seorang pemimpin,
lalu bagaimana dengan wanita yang menjadi pemimpin? Ya, semuanya dari kita
sesungguhnya sudah ditakdirkan sebagai seorang pemimpin. Pemimpin bagi dirinya
sendiri, bagi anggota tubuhnya yang ia kendalikan dengan akal dan fikirannya. Entah
itu dalam kondisi sadar ataupun enggak. Sekarangpun aku lagi memimpin jari-jari
tanganku untuk mengetik tanpa henti sesuai komando dari si otak.
Pertanyaan selanjutnya (map, udah kayak ujian aja kebanyakan
soal). Lalu apa yang harus dilakukan pemimpin saat apa yang diharapkannya tak
berjalan sesuai kehendaknya? Lalu bagaimana membuat semua anggot atubuh dapat
berjalan beriringan bersama untuk satu tujuan bersama? Kini aku hanya bisa
kembali berpikir dan berpikir. Sudah layakkah aku menuntut anggota tubuhku
untuk bekerja sedangkan hak mereka belum aku penuhi? Istirahat misalnya (map belum
juga bisa tidur). Prosedur mana yang harus aku penuhi untuk menjadikan semuanya
berjalan seirama? Harapan pun muncul, ya harapa bersama waktu semua akan
tercapai. Tapi kapan? Waktuku tak banyak, target yang tak beranjak kemana mana
namun waktu terus mengejar tanpa kenal henti.
Aku hanya manusia biasa, yang kadang seperti sekarang ini
mulai menemukan titik klimaks dirinya. Mulai mencari kembali supply energy semangat.
Apa yang akan terjadi jika dikepalanya saja sudah terpasang mindset negative,
sedangkan seluruh badan harus mengerjakan hasil positive? Semua bertolak
belakang. Apa bisa semua tercapai?
Ya, aku hanyalah wanita biasa. Wanita yang juga ingin
dilindungi, ingin dimengerti (lagunya ada band?) , sewajarnya perasaan wanita. Tapi
aku juga sebagai kepala si otak penggerak tubuh yang harus sedikit banyak
mengesampingkan isi perasaan untuk perkembangan orang banyak. Bukan berarti aku
tak memikirkan untuk diriku sendiri. Aku hanya butuh waktu yang tepat dan orang
yang tepat. Aku hanya butuh memantaskan diri menjadi seorang pemimpin untuk
mendapat pemimipin bagi kehidupanku kelak *cuit cuit. Well, makin malam
sepertinya akan semakin baper. Aku cukupkan sekian. Mohon dimaklumi atas curhat
colonganku malam ini, dan bagi yang membaca juga hatur nuwun. Ingat in ya,buat
delete this post soon. Saat aku sudah sadar kembali dengan tulisan aneh bin
ajaib tengah malam ini. Kalo ada yang nemuin inspirasi dalam tulisan ini yan
syukur, jadi kamu ga usah jauh jauh ke polisi buat lapor kehilangan (loh,
inspirasi itu anak siapa?) sudah lupakan. Haha. Selamat istirahat, selamat
berproses !!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment